16 Juli
2011
Tujuan kami
berikutnya adalah Pura Lempuyang Luhur. Kami berangkat sekitar pukul 10.00
WITA. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Sampai di tempat kami disambut
oleh 2 orang yang mengaku sebagai guide. Mereka member petunjuk tentang tata
cara berkunjung ke Puri Lempuyang Luhur. Kami juga diharuskan memakai kain
sesuai adat setempat dengan menyewa 10rb/ kain. Karena belum pernah berkunjung
sebelumnya kami putuskan untuk memakai jasa guide. Suasana hari ini agak ramai
karena masih dalam suasana perayaan Galungan.
Bagi umat Hindu maupun Para
wisatawan yang hendak Tangkil (datang sembahyang) ke Pura Sad Kahyangan
Lempuyang Luhur, satu hal yang layak dipersiapkan adalah ketahanan fisik, dan
tentu saja hati yang tulus suci, dan pantangan-pantangan yang patut di patuhi
yaitu tak boleh berkata kasar saat perjalanan, orang cuntaka (seperti ada
keluarga yang meninggal), wanita haid, menyusuai, anak yang belum tanggal gigi
susu sebaiknya jangan dulu masuk pura atau bersembahyang ke pura setempat,
membawa atau makan daging babi juga tidak diperbolehkan.
Pura
Lempuyang Luhur adalah salah satu obyek wisata di bali,
dan merupakan tempat suci bagi umat Hindu di Bali yang berlokasi di Bali bagian
Timur tepatnya di Kabupaten Karangasem. Dengan latar belakang panorama Gunung Agung yang
memukau, disamping sebagai tempat suci, Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur
memiliki keunikan tersendiri dengan kemurnian alamnya, terutama kawasan hutan
yang menjadi paru-paru Pulau Dewata.
Untuk mencapai Pura utama Sad
Kahyangan Lempuyang Luhur di puncak
Gunung Lempuyang/Bukit Bisbis, kita harus menapaki lebih
dari 1.700
(seribu tujuh
ratus) anak tangga. Dan saat melintasi ruas jalan bersemen (plester PC) maupun
tiap anak tangga menuju puncak itulah, kita disuguhi udara sejuk dari hutan
yang masih asri, suara-suara satwa dan pemandangan alam Kabupaten Karangasem
yang memukau, yang lebih unik, kita hampir tidak merasakan pakaian menjadi
basah saat kita masuk atau melintasi gumpalan awan yang lewat di sekitar kita
dan ini adalah sebuah kesempatan yang amat langka untuk bisa menikmati panorama
Gunung Agung dari Lempuyang.
Awal perjalanan di mulai dengan
kelokan dan tanjakan, tempat wisata yang pertama dapat kita kunjungi adalah
Pura Lempuyang Madya termasuk Pura Dang Kahyangan kemudian naik motor lagi menuju ke kaki bukit dan memulai perjalanan
dengan jalan kaki menapaki anak tangga menuju puncak. Beberapa kali kami
berpapasan dengan pengunjung local yang sedang turun sehabis melakukan
sembahyang di atas. Perjalanan ke atas cukup menguras tenaga sehingga beberapa
kali kami beristirahat. Makin ke atas kabut makin tebal. Di tengah perjalanan
kami bertemu dengan Gubernur Bali I made Mangku Pastika beserta rombongannya.
Rupanya beliau juga habis bersembahyang di atas. Kami sempat mampir di beberapa
pura. Setelah berjuang kurang lebih 1,5 jam akhirnya kami sampai juga di atas.
Nampak beberapa orang sedang melakukan sembahyang. Kami sempat berbincang2
dengan pemangku adat pura tsb.
Selain keindahan panorama
pegunungan di Puncak Bali ini, Pura Lempuyang Luhur juga masih menyuguhkan
keunikan sekaligus misteri yang lain. Sebuah Pelinggih (Stana Dewa) yang
bernama Tirta Pingit, terletak diantara rerumpunan bambu yang tumbuh di puncak
pada lokasi Pura Lempuyang Luhur. Hanya ada 3 (tiga) rumpun bambu yang tumbuh
di tempat itu. Dari rerumpunan bambu itulah Para Pemangku (Orang Suci) Pura
Lempuyang Luhur mendapat Tirta (air suci) untuk kemudian diberikan kepada
Pemedek (umat yang melakukan upacara persembahyangan) maupun wisatawan yang
bersembahyang di tempat itu. Untuk mendapat Tirta tersebut, Pemangku akan
memotong sebatang bambu, dari batang bambu yang dipotong itu akan keluar air
untuk Tirta. Dan anehnya, rumpun bambu tersebut tidak pernah habis meskipun
sering dipotong. Demikian keberadaan Tirta Pingit di Pura Lempuyang Luhur,
karena Tirta (air suci) tersebut keluar dari batang pohon bambu yang tempatnya
sangat rahasia, maka tirta tersebut dinamakan Tirta Pingit. Kami pun tidak melewatkan kesempatan untuk
ikut minum air suci tersebut.
Setelah
istirahat sekitar 30 menit kami pun kemudian turun kembali melewati jalan yang
berlainan untuk mampir di beberapa pura lainnya. Sambutan di setiap pura sangat
ramah, kami diajak ngobrol para pemangku pura sembari ditawari makan buah2an.
Bahkan waktu di Pura Lempuyang Luhur kami sempat makan snack dari rombongan
Bapak Gubernur tadi.
Perjalanan
turun tidak memakan waktu lama karena jarang beristirahat. Sampai di bawah
suasana sudah agak sepi. Setelah membayar jasa guide 50rb (guide tidak menentukan
harga) kami pun pulang ke Kubu.
17 Juli
2011
Beberapa
hari berikutnya kami habiskan waktu berkeliling sekitar daerah Kubu sampai
kemudian tiba waktunya kembali ke Denpasar.
to be continued…..
0 comments:
Post a Comment