Sunday, August 7, 2011

Backpacking to Bali 3


16 Juli 2011
   Tujuan kami berikutnya adalah Pura Lempuyang Luhur. Kami berangkat sekitar pukul 10.00 WITA. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam. Sampai di tempat kami disambut oleh 2 orang yang mengaku sebagai guide. Mereka member petunjuk tentang tata cara berkunjung ke Puri Lempuyang Luhur. Kami juga diharuskan memakai kain sesuai adat setempat dengan menyewa 10rb/ kain. Karena belum pernah berkunjung sebelumnya kami putuskan untuk memakai jasa guide. Suasana hari ini agak ramai karena masih dalam suasana perayaan Galungan.
   Bagi umat Hindu maupun Para wisatawan yang hendak Tangkil (datang sembahyang) ke Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur, satu hal yang layak dipersiapkan adalah ketahanan fisik, dan tentu saja hati yang tulus suci, dan pantangan-pantangan yang patut di patuhi yaitu tak boleh berkata kasar saat perjalanan, orang cuntaka (seperti ada keluarga yang meninggal), wanita haid, menyusuai, anak yang belum tanggal gigi susu sebaiknya jangan dulu masuk pura atau bersembahyang ke pura setempat, membawa atau makan daging babi juga tidak diperbolehkan.
   Pura Lempuyang Luhur adalah salah satu obyek wisata di bali, dan merupakan tempat suci bagi umat Hindu di Bali yang berlokasi di Bali bagian Timur tepatnya di Kabupaten Karangasem. Dengan latar belakang panorama Gunung Agung yang memukau, disamping sebagai tempat suci, Pura Sad Kahyangan Lempuyang Luhur memiliki keunikan tersendiri dengan kemurnian alamnya, terutama kawasan hutan yang menjadi paru-paru Pulau Dewata.
  Untuk mencapai Pura utama Sad Kahyangan Lempuyang Luhur di puncak Gunung Lempuyang/Bukit Bisbis, kita harus menapaki lebih dari 1.700 (seribu tujuh ratus) anak tangga. Dan saat melintasi ruas jalan bersemen (plester PC) maupun tiap anak tangga menuju puncak itulah, kita disuguhi udara sejuk dari hutan yang masih asri, suara-suara satwa dan pemandangan alam Kabupaten Karangasem yang memukau, yang lebih unik, kita hampir tidak merasakan pakaian menjadi basah saat kita masuk atau melintasi gumpalan awan yang lewat di sekitar kita dan ini adalah sebuah kesempatan yang amat langka untuk bisa menikmati panorama Gunung Agung dari Lempuyang.
   Awal perjalanan di mulai dengan kelokan dan tanjakan, tempat wisata yang pertama dapat kita kunjungi adalah Pura Lempuyang Madya termasuk Pura Dang Kahyangan kemudian naik motor lagi menuju ke kaki bukit dan memulai perjalanan dengan jalan kaki menapaki anak tangga menuju puncak. Beberapa kali kami berpapasan dengan pengunjung local yang sedang turun sehabis melakukan sembahyang di atas. Perjalanan ke atas cukup menguras tenaga sehingga beberapa kali kami beristirahat. Makin ke atas kabut makin tebal. Di tengah perjalanan kami bertemu dengan Gubernur Bali I made Mangku Pastika beserta rombongannya. Rupanya beliau juga habis bersembahyang di atas. Kami sempat mampir di beberapa pura. Setelah berjuang kurang lebih 1,5 jam akhirnya kami sampai juga di atas. Nampak beberapa orang sedang melakukan sembahyang. Kami sempat berbincang2 dengan pemangku adat pura tsb.

    Selain keindahan panorama pegunungan di Puncak Bali ini, Pura Lempuyang Luhur juga masih menyuguhkan keunikan sekaligus misteri yang lain. Sebuah Pelinggih (Stana Dewa) yang bernama Tirta Pingit, terletak diantara rerumpunan bambu yang tumbuh di puncak pada lokasi Pura Lempuyang Luhur. Hanya ada 3 (tiga) rumpun bambu yang tumbuh di tempat itu. Dari rerumpunan bambu itulah Para Pemangku (Orang Suci) Pura Lempuyang Luhur mendapat Tirta (air suci) untuk kemudian diberikan kepada Pemedek (umat yang melakukan upacara persembahyangan) maupun wisatawan yang bersembahyang di tempat itu. Untuk mendapat Tirta tersebut, Pemangku akan memotong sebatang bambu, dari batang bambu yang dipotong itu akan keluar air untuk Tirta. Dan anehnya, rumpun bambu tersebut tidak pernah habis meskipun sering dipotong. Demikian keberadaan Tirta Pingit di Pura Lempuyang Luhur, karena Tirta (air suci) tersebut keluar dari batang pohon bambu yang tempatnya sangat rahasia, maka tirta tersebut dinamakan Tirta Pingit. Kami pun tidak melewatkan kesempatan untuk ikut minum air suci tersebut.
   Setelah istirahat sekitar 30 menit kami pun kemudian turun kembali melewati jalan yang berlainan untuk mampir di beberapa pura lainnya. Sambutan di setiap pura sangat ramah, kami diajak ngobrol para pemangku pura sembari ditawari makan buah2an. Bahkan waktu di Pura Lempuyang Luhur kami sempat makan snack dari rombongan Bapak Gubernur tadi.
   Perjalanan turun tidak memakan waktu lama karena jarang beristirahat. Sampai di bawah suasana sudah agak sepi. Setelah membayar jasa guide 50rb (guide tidak menentukan harga) kami pun pulang ke Kubu.

17 Juli 2011
Beberapa hari berikutnya kami habiskan waktu berkeliling sekitar daerah Kubu sampai kemudian tiba waktunya kembali ke Denpasar.

to be continued…..

 

0 comments:

Post a Comment