12 Juli 2011
Hari ini aku Ndut akan mengunjungi temannya di daerah Kubu, Karangasem. Setelah packing
pakaian kami pun berangkat sekitar jam 14.000 WITA. Dengan mengendarai motor
Jupiter Z kami berjalan melewati jalur bypass Ida Bagus Mantra. Pemandangan
tepi pantai di sepanjang perjalanan membuat tidak cepat bosan. Kami singgah di
Candidasa untuk makan siang. Enaknya menikmati sate ayam dengan pemandangan
pantai dengan kapal2 ferry yang mau menyeberang ke pulau Lombok via pelabuhan
Padang Bay. Ternyata makanan di sini gak mahal. Sate ayam + lontong harganya
Cuma Rp. 5.000,-/porsi. Kami meneruskan perjalanan dan persinggahan berikutnya
adalah di Amlapura. Makan lagi hehehe....kali ini menunya soto ayam (langganan
Ndut dkk). Kemudian persinggahan berikutnya adalah Amed dan Tulamben (spot diving
yang terkenal di dunia). Di sepanjang tepi jalan banyak penginapan dan home
stay yang menawarkan diving course. Menurut info untuk ambil course sampai
mendapat sertifikat bisa sampai $450. Akhirnya kami sampai di Karangasem
sekitar jam 18.30 WITA. Tiba di rumah temen Ndut lalu kenalan dan ngobrol2
sejenak kami pun tidur. Si Ndut bilang esok pagi akau akan bangun dengan
iringan kicauan burung dengan pemandangan indah. Karena lelah setelah menempuh
perjalanan Denpasar-Karangasem 4 jam kami pun terlelap.
13
Juli 2011
Rencana
hari ini adalah mengunjungi teman Ndut yang lain yaitu Made yang tinggal tidak
begitu jauh dari tempat kami menginap. Made menunggu villa salah seorang bule
yang lokasinya berada di pantai. Tiba di sana kami pun segera pergi menuju
pantai dan mandi2 di laut. Sayang sekali pantai itu banyak sekali batunya, jadi
yang ada bukan pasir tetapi kerikil dan batu2an. Setelah puas mandi di pantai
kamipun ngobrol2 di villa sampai malam lalu pulang.
14
Juli 2011
Aku
mencoba pergi sendiri ke Tulamben dan Amed. Desa Tulamben
masuk Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali. Jaraknya sekitar 200 km dari
Denpasar, atau 60 km dari ibukota Kabupaten Karangasem. Sebelah timur desa ini
adalah selat Lombok, yang jadi tempat menyelam, dan sebelah barat kita bisa
melihat Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali.
Tulamben adalah tempat penyelaman
yang sudah sangat terkenal di kalangan penyelam domestik maupun mancanegara.
Menurut para penyelam yang membuat Tulamben begitu terkenal adalah kemudahan
dan kekayaan biota laut yang ditawarkan oleh situs penyelaman ini. Ditambah
dengan bangkai Kapal USS Liberty yang sangat mudah diakses dan menyajikan
berbagai mahluk bawah laut mulai dari yang kecil seperti siput laut, kepiting
dan udang, ghost pipefish dan pygmy seahorse sampai yang besar seperti hiu,
ikan Mola mola, dan lain lain. Tulamben menawarkan situs penyelaman yang sesuai
untuk kursus penyelaman, penyelaman santai (fun dive) dan fotografi bawah air.
Aku hanya berjalan-jalan di tepian
pantai sambil menikmati semilir angin laut. Setelah puas menikmati pantai
Tulamben aku melanjutkan perjalanan ke Amed. Obyek wisata Amed memiliki
keindahan pantai dengan sunrise-nya, juga kehidupan bawah laut menawarkan
tempat yang bagus untuk latihan diving atau menyelam. Disana ada danau di
pinggir pantai yang datar yang baik untuk latihan, serta batu karang yang dapat
dicapai dengan berenang selama 5 menit. Di sini bagus untuk snorkeling, daerah
ini berkembang karena keindahan lautnya.
Dengan pantai dengan pasir hitam,
keadaan air yang sangat jernih, biota laut yang beragam, kehidupan terumbu
karang yang terjaga kelestariannya, kehangatan airnya konstan tidak
berubah-ubah, maka snorkeling dan diving di sini sangat diminati. Sayang aku
tidak punya kesempatan untuk snorkeling di sini karena biarpun alat sudah
disediakan oleh teman adikku tetapi berhubung cuaca lagi tidak bersahabat
sehingga laut kelihatan keruh. Kata nelayan setempat memang bulan2 ini baru
musim angin sehingga banyak pula nelayan yang tidak melaut. Hari menjelang sore
ketika aku memutuskan untuk pulang.
15 Juli 2011
Hari ini aku, ndut dan temannya
berencana pergi ke Danau Batur dan Kintamani. Kami sengaja tidak melalui jalan
utama melainkan jalan melewati Bukit Abang. Kami bertiga pergi naik 2 motor.
Beberapa kali kami harus melewati tanjakan yang menantang, selain karena
jalannya yang sempit juga kadang Cuma berupa jalan tanah kalaupun ada jalan
yang beraspal itupun kebanyakan sudah rusak. Jalan ini hanya dilewati oleh
penduduk setempat dan desa2 sekitarnya.sekitar danau.
Setelah menempuh perjalanan sekitar
1 jam kami sampai di desa dekat Batur. Jalanpun sudah mulai menurun. Tak lama kemudian dari
kejauhan nampak kilauan air dari Danau Batur. Sungguh tak disangka dari balik
perbukitan yang tandus di musim kering terdapat pemandangan Danau Batur yang
sangat indah dari kejauhan. Sebelum menuju danau kami mampir makan di warung
kecil di kampung. Setelah itu kami
berjalan menuju sebuah pura di tepi Danau Batur. Kemudian kami melanjutkan
perjalanan menuju sisi lain danau. Tampak di kejauhan di seberang danau yang
agak berkabut sebuah perkampungan yaitu Desa adat Trunyan yang terkenal itu.
Sesampainya di terminal dekat danau kami istirahat sambil memesan minuman di
sebuah warung. Beberapa orang menawarkan diri untuk mengantar kami ke desa
Trunyan dengan perahu tapi kami tolak karena memang kami tak bermaksud untuk
pergi ke sana.
Setelah
istirahat beberapa lama sambil menikmati keindahan danau kamipun melanjutkan
perjalanan kembali. Tak lama kemudian kami sudah sampai di Kintamani. Suasana
lumayan ramai, banyak wisatawan domestic maupun mancanegara yang sedang
menikmati keindahan Danau Batur dan Gunung Batur dari ketinggian di Kintamani.
Bagiku inilah sisi lain dari Bali yang menawarkan udara sejuk. Setelah beberapa
lama menikmati teriknya matahari Bali akhirnya aku bias menikmati udara yang
sangat sejuk. Walaupun cuaca terhitung cerah tapi udaranya tetap sejuk seperti
udara di daerah Kaliurang Jogjakarta. Puas menikmati pemandangan dan sejuknya
udara Kintamani kamipun pulang melalui jalan yang berbeda yaitu jalan yang bias
dilewati para wisatawan jika ingin berkunjung ke Kintamani dan Danau Batur.
to
be continued….
0 comments:
Post a Comment